Tuesday 5 May 2015

Peluang Industri Kertas di Pasar Bebas ASEAN

Peluang Industri Kertas di Pasar Bebas ASEAN

PEKANBARU - Pemberlakuan perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 menjadi peluang bagi industri kertas dan pulp di Indonesia untuk meraih pasar lebih besar di kawasan Asia.

Karena itu, kata Presiden Direktur PT Riau Andalan Kertas dari APRIL Group Kusnan Rahmin, sangat tepat jika pemerintah menetapkan pulp dan kertas sebagai salah satu industri andalan.

Menurut Kusnan, untuk mengantisipasi naiknya permintaan ekspor kertas dan pulp tersebut, perlu diperkuat jejaring regional dengan negara lain yang memiliki industri sejenis dan para importir. “Jika ini bisa diantisipasi, industri pulp dan kertas Indonesia mampu bertumbuh di atas 5 persen setiap tahun,” kata Kusnan Rahmin dalam keterangan tertulisnya di Pekanbaru.

Dia menambahkan, produk kertas Indonesia seperti PaperOne telah diekspor ke-75 negara dengan fokus pasar ke Asia, Pasifik, Australia dan Tiongkok. Tahun ini, PaperOne menargetkan ekspor ke 85 negara termasuk memperkuat pasar ekspor ke Uni Eropa. “PaperOne telah menjadi pionir teknologi Nano. Teknologi tersebut mampu menjaga tinta di permukaan kertas, sehingga bisa menghasilkan produk cetakan dengan tampilan berbagai warna yang lebih jelas,” ungkap Kusnan.

Pernyataan senada dikemukakan Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kertas Indonesia (APKI) Rusli Tan. Dia optimistis, industri kertas tahun depan tetap tumbuh asal didukung oleh regulasi yang mendukung. Diantaranya, kebijakan counter puchase antar negara dan Usance LC (letter of credit).

“Angka pertumbuhan lebih tinggi ini bisa tercapai jika pemerintah serius membantu pengusaha untuk mengekspor kertas.” harap Rusli.

Menurut Rusli, saat ini tidak banyak negara yang memiliki kemampuan dan potensi untuk mengembangkan industri pulp dan kertas. Selain Indonesia, hanya ada beberapa Negara di Amerika Latin yang menjadi kompetitor. Bahkan Negara-negara di Eropa yang telah lama berkecimpung di industri ini, telah berada sudah pada titik tertentu sehingga tidak mampu mengembangkan industrinya.

Share:

Blog Artikel