DHAKA – Perdana Menteri (PM) Bangladesh, Sheikh Hasina, mengkritik para pengungsi yang menjadi korban ekonomi imigran di negaranya. PM Hasina mengatakan para imigran tersebut ‘sakit jiwa’, dan mencemarkan citra negara.
Kantor Berita Sangbad Sangstha mengutip pernyataan PM Hasina, yang menyebutkan para imigran yang terombang-ambing di lautan sebenarnya memiliki banyak kesempatan untuk tinggal di dalam negeri.
“Sebenarnya ada pekerjaan yang cukup bagi mereka (Imigran Bangladesh) di dalam negeri. Namun, tetap saja mereka meninggalkan negaranya dengan cara yang berbahaya,” ujar PM Hasina, seperti dikutip Al Jazeera, Senin (25/5/2015).
“Sebenarnya mereka dapat menikmati hidup yang lebih layak di Bangladesh, dan tidak perlu menjadi korban perdagangan manusia. Tindakan mereka telah mencemari citra negara di luar negeri,” sambungnya.
PM Hasina menambahkan, otoritas keamanan Bangladesh telah diperketat untuk menghentikan arus warganya yang meninggalkan Bangladesh, dan mengambil tindakan serius terhadap para tindak perdagangan manusia.
Sebagaimana diberitakan, pada Minggu 10 Mei 2015, sebanyak 1.759 pengungsiRohingya terdampar di Aceh, setelah sebelumnya terombang-ambing di lautan karena menjadi korban perdagangan manusia.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 720 di antaranya merupakan pengungsi Bangladesh, sedangkan 1.062 lainnya merupakan pengungsi Rohingya.
Etnis Rohingya banyak yang melarikan diri dari negaranya, karena tidak diakui oleh Pemerintah Myanmar sebagai kelompok etnis resmi. Sementara, para imigran Bangladesh melarikan diri dari negaranya karena ingin mendapatkan kehidupan yang lebih layak, dan terhindar dari kemiskinan.